CIU LATER, PURWOKERTO! (3-Tamat): MENDOAN SAWANGAN DAN TOKO ROTI GO 2025-06-13 22:25

Tempe Mendoan Sawangan

 

Setelah tertidur pulas semalaman, keesokan paginya kami menuju satu lokasi sarapan khas Purwokerto: Soto Loso alias soto ayam Jalan Bank. Purwokerto memang terkenal sebagai tempat kelahiran Bank BRI di tahun 1895, salah satu bank rakyat pertama di Nusantara. Soto Jalan Bank ini gagraknya soto ayam tetapi rasanya khas Banyumasan: sedikit manis, dengan sambal kacang, kuah secukupnya, dengan taburan kerupuk warna-warni yang mengingatkan pada Sroto Sokaraja (kira-kira satu jam dari Purwokerto). Pilihannya bisa daging atau plus ati-ampela, dan rasa kaldu kuahnya memang intensif. Rupanya, prosesnya tidak biasa: kuah ini bukan dari merebus ayam melainkan hasil menampung tetesan dari ayam yang dikukus. Masih enak, dan menghangatkan jiwa!

 

Soto Ayam Jalan Bank Purwokerto

 

Proses memasak Soto Ayam Jalan Bank Purwokerto

 

Peserta di Jalan Bank Purwokerto

 

Setelah Soto Jl. Bank, ada satu lagi andalan fermentasi Purwokerto yang kami sambangi: Sawangan, pusat mendoan! Tempe mendoan bisa dibilang adalah salah satu kuliner yang mengalami degradasi di Jakarta, karena tempe diiris dan digoreng tepung tiba-tiba bisa dijual sebagai "mendoan". Padahal, mendoan asli lebih dari itu! Begitu sampai di Eco 21 Sawangan, peserta langsung fokus pada rak yang dipenuhi bungkusan tipis daun pisang. Inilah mendoan asli! Bukan tempe blok yang diiris melainkan kedelai yang difermentasikan lembar demi lembar. Jajaran bungkusan itu berisi mendoan, beberapa sudah bernomor dan dipesan orang. Menarik!

 

Rak tempe yang baru selesai fermentasi

 

Fermentasi lembar demi lembar membuat tekstur mendoan berbeda dengan tempe iris. Lebar, tipis, tapi padat dan lentur, tidak mudah patah. Kemudian tempe segar ini dibalur campuran tepung beras dan tepung tapioka, dibubuhi irisan daun bawang, kemudian digoreng. Ketika matang, aroma gurih dan sedap daun bawang memenuhi ruangan. Kemudian, pelayan menyiapkan kondimennya –bahan fermentasi juga– sebuah kecap manis encer dengan rabe rawit. Ketika mendoan yang lembut dipecah-pecah dengan tangan lalu dicelupkan ke kondimen kecap, astaga! A match made in Heaven! Untuk oleh-oleh, pelanggan bisa membeli versi matang atau versi mentah lengkap beserta bumbu dan kecapnya. Antrian pelanggan tak habis-habis di Eco 21, menandakan bahwa fermentasi masih seksi di Purwokerto ini. Mantap!

 

Tempe mendoan segar

 

Proses menggoreng tempe mendoan

 

Satu stop wajib lagi yang kami hampiri di Purwokerto: Toko Roti Go, salah satu toko roti tertua di Indonesia (sejak 1898). Toko roti adalah bukti kuatnya pengaruh budaya Eropa di wilayah ini. Roti yang paling ditunggu: roti tawar! Dan roti sobek coklat. Kok roti tawar? Untung saya berhasil dapat 1 biji setelah sukses rebutan dengan warga lokal. "Ini tanpa pengawet ya jadi jangan disimpan lama..." katanya. Ketika saya coba di rumah, memang ini standar tekstur roti jadul yang mengingatkan saya pada "melkbrood" Sumber Hidangan Bandung. Sambil icip-icip roti, beberapa peserta nampak tertarik dengan pajangan dinding di Roti Go. Yang satu, sebuah lukisan Bunda Maria yang berkebaya hijau, menjadikan lukisan ini nampak familiar dengan budaya Jawa. Satu lagi, ada dua bilah keris yang dipajang di dinding dengan sebuah foto di tengah yang menggambarkan malaikat Nasrani yang bersinar dengan anggun. Sebuah simbol pluralitas masyarakat Banyumas, yang kental berbudaya dan rajin berusaha. Setelah itu, kami pun kembali ke Jakarta dengan sebuah motto: "Ciu later Purwokerto! We will be back!"

 

Toko Roti Go

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment