
Praha, sejuta pesona
Kalau bicara Eropa Timur, saya selalu teringat pada film dokumenter BBC dengan host Michael Palin yang berjudul New Europe. Serial ini berisi dokumentasi jalan-jalan dari Eropa Timur, Polandia sampai Moldovia, yang buat saya mengesankan: sebuah "dunia baru" di balik wajah Eropa yang sangat familiar seperti Munich dan Wina. Bagaimana nasib mereka ditentukan oleh sebatas garis "Tirai Besi", sangat berbeda dengan nasib saudara mereka di Eropa Barat.
Kunjungan ke Praha menjadi pengalaman pertama ke Eropa Timur. Kami berkendara dengan mobil dari Jerman --meskipun tidak ada lagi pos perbatasan antarnegara ketika masuk ke Republik Ceko, tetapi jalanan terasa berbeda: aspal mulus Jerman berganti menjadi aspal yang agak bergelombang. Mirip dari Jateng masuk ke Jabar di Tanah Air... zaman dahulu!
Namun mendekati Praha, suasana langsung berbeda. Terlihat bahwa daerah ini cukup makmur, dan jalan-jalan Praha sangat mirip dengan Wina --dari bentuk bangunannya sampai pengaturan jalannya. Maklum, Ceko dulunya adalah bagian dari Kekaisaran Austro-Hungaria yang ibu kotanya di Wina, Austria.
Menikmati Praha paling bagus adalah dengan jalan kaki dan naik trem. Kota tua Praha sangat cantik, berada di kedua sisi Sungai Vltava, mirip dengan Kota Jambi dan Sungai Batanghari. Banyak jembatan berjajar di atas sungai, dan banyak jalur trem melalui jembatan ini --menyajikan pemandangan indah setiap kali melintas. Beli tiket trem bisa dilakukan di toko tembakau atau yang berlogo "RELAY". Harganya cukup murah, 40 Krone Ceko untuk 90 menit, dan duduk saja di trem membelah kota, menyeberangi sungai, sampai menaiki bukit di barat Kota Praha, sudah cukup menjadi kegiatan yang menyenangkan. Apalagi dilakukan menjelang senja dengan lampu-lampu kota yang sudah menyala. Indah!
Pemandangan di tepi Sungai Vltava
Ngapain aja di Praha? Cari museum! Tujuan pertama kami adalah Museum Antonin Dvorak, seorang komponis andal asal Ceko. Museumnya menempati rumah musim panas milik bangsawan yang menjadi sponsor Dvorak. Kecil, sederhana, namun cantik karena bentuknya khas rumah musim panas yang halamannya luas di sekeliling rumah. Lantai satunya diisi oleh kisah tentang Dvorak, masa kecilnya, dan barang-barang milik pribadinya termasuk satu ruangan berisi piano. Kemudian naik ke lantai dua, ada auditorium kecil dengan langit-langit berlukis yang indah, dengan kursi-kursi untuk duduk sambil menonton film mengenai kisah hidup dan perjalanan karier Dvorak.
Museum Antonin Dvorak, auditorium kecil dengan langit-langit berlukis yang indah
Di ruangan sebelahnya ada sudut menarik: children's corner. Ada meja kecil plus alat tulis dan kertas kosong dengan wajah Dvorak, sehingga anak-anak bisa menggambar Dvorak sesuai imajinasi mereka. Pengunjung asal Brazil menggambar Dvorak dengan baju sepak bola, sementara anak saya memilih kartun manga Jepang sesuai hobinya. Menarik, bahwa museum sekecil ini memikirkan anak-anak!
Children's corner di Museum Antonin Dvorak
Museum berikutnya: Pilsner Urquell Beer Experience. Jenis bir pilsner yang banyak di Jerman ternyata berasal dari Pilsen, sebuah kota di dekat Praha, yang sampai sekarang masih memproduksi bir dengan nama Pilsner Urquell. Di pusat kota Praha, Pilsner Urquell memiliki museum menarik yang wajib dikunjungi. Jangan khawatir, anak-anak boleh masuk! Dan lagi-lagi museum ini sangat ramah anak. Museum ini menempati sebuah bagunan kuno, tetapi dalamnya direnovasi menjadi ruangan-ruangan yang menceritakan sejarah bir di Ceko. Pengunjung diberi headphone yang tersedia dalam berbagai bahasa, kemudian mendengarkan kisah berbeda melalui headphone di setiap ruangan. Jika satu bagian sudah selesai, ada bunyi bel sehingga satu kelompok bergerak menuju ruangan berikutnya dalam waktu yang bersamaan.
Pilsner Urquell Beer Experience
Cara berceritanya sungguh unik! Tidak hanya layar monitor, pengunjung juga bisa melihat patung yang disinari proyeksi lampu, yang seolah bergerak, bercerita, dan menyanyi. Ceritanya juga lucu dan kocak, sehingga menjadi menarik! Melalui proyeksi ini, kisah mengalir mengenai bagaimana Bangsa Ceko yang tadinya sembarangan dalam memproduksi bir, membenahi diri dengan membentuk aturan ketat standar produksi, sampai menjadi bir Pilsner yang terkenal di seluruh dunia. Saking lucunya, bahkan anak-anak pun bisa menikmati kisah ini! Kemudian dijelaskan bagaimana bir diproduksi, melalui kartun juga --dari proses malting, penambahan hop, sampai fermentasi. Lalu, ada bagian "touch and feel" di mana pengunjung bisa memegang dan mencium aroma malt dan hop secara langsung. Di akhir penjelasan, ada game! Pengunjung harus berlomba memecahkan gelembung buih bir di layar, yang menang dapat bir gratis --atau lemonade untuk anak-anak. Tiba-tiba semua pengunjung menjadi anak-anak lagi! Berlompatan menyentuh layar. Menarik sekali! Duh, seandainya di Indonesia ada museum tempe yang seseru ini…
Pilsner Urquell Beer Experience
Praha masih menyimpan pesona lainnya. Setelah Museum Pilsner Urquell Beer Experience, ada satu museum lagi: Museum Karel Zemann. Sebenarnya, Ceko punya jejak sejarah kuat di bidang perfilman, terutama sebelum Perang Dunia II. Karel Zemann adalah seorang sutradara asal Ceko yang ahli special effect pada zamannya. Beliau memproduksi film mengenai perjalanan ke dunia dinosaurus, terbang dengan balon udara, sampai film komedi The Adventures of Baron Munchausen. Semua efeknya tanpa komputer, tapi menggunakan trik khusus yang dipamerkan di sini dan bisa dicoba. Menarik!
Museum Karel Zemann
Ada sepeda bersayap yang jika dikayuh sayapnya akan mengepak, dengan layar di latar belakang yang bisa diputar sehingga sepedanya seolah terbang. Ada papan bergambar kuda terbang, yang bisa dinaiki dan jika difoto akan nampak seperti berada di angkasa. Pengunjung bahkan bisa membuat animasi sendiri, melalui lembaran film bergambar. Hasil animasinya bisa dikirim untuk kenang-kenangan. Asyik! Tetapi bagian terakhir paling menarik: sebuah ruangan berlayar hijau (green screen), di mana pengunjung bisa jadi "bintang film", menumpangi peluru meriam yang terbang di angkasa seperti dalam film The Adventures of Baron Munchausen. Lucu banget!
Museum Karel Zemann
Tentu saja kunjungan ke Praha tidak lengkap tanpa mencicipi kulinernya. Untung saja kami diundang santap malam di Mincovna, sebuah restoran khas kuliner Ceko. Kami masuk ke sebuah bangunan elegan di kota tua, persis di samping Astronomical Clock --obyek wisata terkenal Kota Praha. Entah karena "tirai besi" atau memang sudah begitu dari dulu, kuliner di Ceko ini profil rasanya sangat jauh dari Jerman. Goulash Soup misalnya, kalau di Jerman terasa mild, di sini sangat tajam bumbunya, sampai-sampai bawang bombainya terasa agak pahit karena banyak jumlahnya. Warnanya pun hitam legam, rasa yang lebih berani dan tegas. Khas di sini adalah "Ham Ceko" --sebetulnya ham asap yang dipanggang ulang. Enak! Empuk dan lembut, memang pemanasan membuat aromanya lebih tajam terasa. Ada juga keju lembut tapi rasanya cukup tajam, unik! Sekilas kuliner Ceko memang rasanya jauh lebih berani. Yuk, kita jelajahi Eropa Timur lebih lanjut!
Astronomical Clock
Goulash Soup
Goulash Soup
Ham Ceko
Proses pemanggangan Ham Ceko
Keju Mincovna
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Kang Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, Nasgor, Makanan Sejuta Mamat dan bersama Bondan Winarno (alm) dan Lidia Tanod menulis buku serial 100 Mak Nyus. Kang Harnaz juga aktif di Gerakan Fermenusa, yang bertujuan memajukan produk fermentasi Nusantara. Mengelola channel Youtube "Indonerdsia" dan "Fermentasi Nusantara".