Masjid Agung Majene
Mendengar berita bencana alam apalagi terjadi di daerah yang pernah kita kunjungi, pastinya mengagetkan dan menyedihkan. Mencari-cari berita, mencari tahu bagaimana kondisinya. Berharap tak parah, tapi ternyata kenyataannya, ada gedung runtuh dan ada korban jiwa. Gempanya berulang kali, ada gempa susulan, hingga total 28 kali. Dan dari berita terakhir malah disebutkan berpotensi tsunami di garis pantai Majene –semoga tidak terjadi. Gempa di Mamuju dan Majene Sulawesi Barat ini terjadi pertama pada Kamis, 14 Januari 2021, malam, dan gempa susulan terkuat Jumat, 15 Januari 2021, dini hari.
Mamuju adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan Majene adalah nama kabupaten dan sekaligus kotanya, merupakan salah satu dari 6 kabupaten yang ada di Sulawesi Barat (Sulbar). Provinsi Sulbar resmi terbentuk tanggal 5 Oktober 2004. Majene sendiri sempat jadi pembicaraan justru gegara kotak hitam pesawat Adam Air yang hilang 1 Januari 2007 ditemukan di perairan Majene.
Akhir tahun 2017 saya dan beberapa teman melewatkan libur akhir tahun ke Sulawesi Barat. Tentu sempat mengeksplor Mamuju dan Majene. Saya ingin mengingat keduanya dalam kondisi saat saya ke sana.
Baca juga: "Mari Mengenal Potensi Wisata di Sulawesi Barat"
MAMUJU
Pusat kota Mamuju yang sering menjadi pusat kegiatan warga ada di Pantai Manakarra, dengan pelataran atau anjungan luas yang sudah ditata, dan monumen bergaya futuristik di tengahnya. Monumennya berupa gong perdamaian yang dikelilingi tiang-tiang merah bertuliskan nama kecamatan yang ada di Mamuju.
Pantai Manakarra
Ikon Mamuju lainnya adalah tulisan “Mamuju City” di atas Bukit Anjoro Pitu (Kelapa Tujuh) yang dapat dipandang dari sebuah jalan lebar di tepi laut. Meski dalam skala yang lebih kecil dan lebih bersahaja, saya merasakan suasana seperti waterfront di Wellington New Zealand saat melintasi jalan lebar di tepi laut di Mamuju ini.
Tulisan "Mamuju City" di Bukit Anjoro Pitu
Waterfront di Mamuju
Tak jauh dari Pantai Manakarra terdapat Rumah Adat Mamuju yang dapat dikunjungi dengan membayar tiket masuk. Juga Masjid Agung Mamuju yang dominan berwarna hijau, dan tentu saja cantik. Untuk melengkapi kunjungan di Kota Mamuju, kami singgah di Vihara Bukit Naga di atas bukit. Dari sini bisa terlihat pura dan stadion sepak bola.
Rumah adat Mamuju
Masjid Agung Mamuju
Vihara Bukit Naga
Mamuju memiliki pulau wisata favorit warga lokal yakni Pulau Karampuang. Begitu sampai di sini dengan kapal kayu bermotor yang kami sewa, dermaga kayu beratap sepanjang 200 m menyambut. Naik kapalnya nggak lama, hanya 20 menit dari dermaga di Kota Mamuju.
Pulau Karampuang dan dermaga kayunya yang beratap
Di hari terakhir di Mamuju, kami mengunjungi Air Terjun Tamasapi yang kurang lebih berjarak 20-25 menit berkendara dari pusat kota Mamuju. Gagah air terjunnya, dengan tinggi +/-50 m. Trekking-nya nggak sulit, cuma 15-20 menit.
Air Terjun Tamasapi
Keluar Kota Mamuju ke arah Majene, tepatnya di Kecamatan Tapalang, ada Jembatan Kuning ikonik yang dulunya bernama Jembatan Bolong yang konon angker.
Jembatan Kuning
Sedangkan ke arah Bandara Tampa Padang terdapat Wisata Mangrove Dusun Saluleang. Cocok buat berfoto-foto maupun leyeh-leyeh di pondokannya.
Di perbatasan Mamuju-Majene ada Pantai Pamboang yang ciri khasnya tebing-tebing pantai. Di pinggir jalan juga banyak penjual mangga. Kami tentu tak melewatkannya.
Pantai Pamboang
Baca juga: "Mau Merasakan Suasana Pedesaan Swiss? Datanglah ke Mamasa!"
MAJENE
Pantai Dato merupakan andalan wisata di Kabupaten Majene. Bagi saya, pantai itu menarik untuk dieksplor kalau ada bukit di kiri kanannya yang bisa dinaiki untuk melihat view dari atas, bukan sekadar pantai berpasir panjang. Nah, Pantai Dato memenuhi kriteria ini. Bukit di sebelah kirinya bisa dinaiki dengan mudah karena sudah difasilitasi dengan jembatan, tangga dan pagar. Eksotis mengambil foto dari sini, dari banyak sudut.
Sudut terbaik Pantai Dato
Sudut lain Pantai Dato, naik ke arah bukti sebelah kiri juga
Masjid Agung Majene juga bagus buat difoto. Apalagi kalau motretnya dari Bukit Teletubbies (saya tahunya dari orang yang kebetulan melihat kami berfoto-foto di depan masjid).
Masjid Agung Majene
KULINER KHAS
- Ikan masak mandar boleh coba di RM Tipalayo di Somba, Kabupaten Majene.
- Ikan tuing-tuing (ikan “Indosiar” alias ikan terbang) yang dibakar juga banyak disajikan di rumah-rumah makan di Somba. Somba memang pusat seafood di Majene.
Ikan tuing-tuing
Semoga para korban gempa di Mamuju dan Majene dapat tertangani dengan baik, dan kondisi lekas pulih seperti sediakala. Doa terbaik buat Mamuju dan Majene.