
Suasana Bobocabin Gunung Mas Puncak
Ketika mendengar berita "Bobocabin Gunung Mas Puncak Disegel", kami cukup kaget. Karena baru saja dua hari sebelumnya kami menginap di sana! Kami segera mengecek melalui WA, lalu dijelaskan bahwa Bobocabin akan segera buka lagi setelah masalah perizinan terselesaikan. Dan, Bobocabin Gunung Mas Puncak pun buka lagi!
Lokasi Bobocabin ini terletak di dalam lokasi Agrowisata Gunung Mas Puncak. Pengunjung harus bayar tiket masuk dulu di pintu gerbang utama seharga Rp15.000 untuk satu mobil dan Rp15.500 untuk orang dewasa, yang berlaku sampai waktu check out dari Bobocabin.
Dari gerbang utama kami mengikuti jalan utama sampai di sebelah kanan jalan terlihat vila-vila dari kayu milik Agrowisata Gunung Mas. Lalu, siap-siap belok kiri! Ada plang Bobocabin kecil di kanan, dengan jalan setapak yang membelok tajam ke kiri. Anda akan masuk melalui jalan perkebunan di antara deretan pohon teh, sampai tiba di sebuah lapangan sempit tapi cukup untuk memundurkan mobil dan menurunkan barang. Di situ baru terlihat plangnya: Logo rumah di sebelah pohon tinggi berwarna hijau, dengan tulisan "bobocabin". Desainnya kekinian yang terkesan sederhana dan bersih. Selamat datang di Bobocabin!
Selamat datang di Bobocabin
Peringatan untuk generasi bapack-bapack: hotel ini tidak punya kunci! Setiap tamu harus download aplikasi Bobobox. Ketika check in, maka di aplikasi akan keluar QR Code, yang akan digunakan untuk membuka pintu kamar. Kalau Anda lupa meninggalkan HP di kamar dan kamarnya terkunci, silakan jalan ke lobby untuk minta QR Code kunci darurat. Kekinian sekali! Lobby pun nampak sederhana, tapi bersih. Hanya sebuah rumah kecil dengan snack yang dijual dan meja mini untuk resepsionis.
Konsep Bobocabin adalah kabin container yang disulap menjadi kamar. Satu modul kamar untuk kamar Eksekutif terdiri dari dua susun ranjang (konsep ranjang dorong) yang cukup untuk 4 orang, dan kamar mandi dengan wastafel, toilet, dan shower air hangat. Kompak, kecil, namun bersih! Setiap kabin dilengkapi dengan sebuah jendela besar menghadap ke lembah berkonsep "smart glass" atau bisa digelapkan dengan menekan tombol. Kabin dilengkapi sebuah layar kendali, yang bisa disambung ke ponsel untuk memutar lagu Spotify melalui Bluetooth, mengatur lampu (ada lampu ambien yang bisa berganti warna sesuai mood), bahkan memainkan mode suara burung atau sungai sehingga seolah-olah kita berada di alam liar. Wow, canggih!
Pemandangan dari jendela kabin yang besar
Layar kendali kabin
Setiap kamar dilengkapi teras dengan meja dan kursi, serta atap untuk berteduh. Ada sebuah wadah besi untuk api unggun, sehingga setiap kamar bisa bakar-bakaran sendiri. Tetapi selain fasilitas di kamar, Bobocabin juga punya fasilitas komunal, yang mengingatkan kami pada camping ground di Australia Barat. Di Gunung Mas ini ruangan komunal terletak di tengah, dilengkapi toilet super bersih, serta satu ruangan cuci piring dengan sink stainless steel dan microwave. Ada susunan meja dan kursi komunal yang bisa menampung sekitar 20 orang, plus satu lokasi api unggun yang besar sehingga pengunjung bisa bareng-bareng ngariung di sini. Semuanya bersih dengan tempat sampah di beberapa lokasi yang praktis. Mantap!
Setiap kabin dilengkapi teras dengan meja dan kursi serta atap untuk berteduh
Suasana api unggun di malam hari
Ruang makan komunal
Toilet bersih di area komunal
Sink untuk cuci piring
Area bermain komunal
Sejauh ini, ceritanya soal kenyamanan kota ya? Lalu di mana keseruan belantaranya? Nah, Bobocabin Gunung Mas terletak di sebuah lembah padang rumput yang luas di tepi kebun teh. Karena strukturnya hanya container, maka tanah tidak diratakan semua, sehingga masih memperlihatkan kontur asli tanah yang naik-turun. Bobocabin hanya membangun jalan dari beton yang berpenerangan baik, tetapi pepohonan dan kontur tanah asli tetap terjaga. Bahkan sisi kompleks Bobocabin dengan hutan tidak berbatas! Kita bisa melihat langsung pepohonan lebat, kupu-kupu warna-warni, bahkan kadang-kadang monyet yang bercengkerama. Bak menonton National Geographic dari jendela kabin…
Jalan dari beton mengikuti kontur asli tanah
Dan yang membuat paling berkesan adalah suaranya! Minimnya struktur bangunan membuat suara alam bisa kita nikmati setiap saat. Kicau burung yang merdu di pagi hari, suara tonggeret atau cicada di siang hari, serta di malam hari suara jangkrik dan sesekali sahutan burung hantu dari hutan, menghibur telinga yang sudah penat mendengar suara elektronik. Apalagi, ditambah pemandangan yang sangat indah. Nuansa jingga di pagi hari, ketika hijau pohon-pohon di sekeliling seolah menyala terang. Langit biru cemerlang di siang hari yang memperlihatkan warna-warni pepohonan hutan. Lalu, kedalaman warna hijau pohon yang memuncak seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat, menutup hari dengan indah. Anak-anak bisa berlarian dengan bebas, mengoleksi bunga dan daun-daunan liar, bahkan memasang hammock dan santai berayun menikmati semilir angin. Indah!
Suasana siang hari dengan langit biru cemerlang
Bersantai di hammock
Dan ketika kita sudah lelah bermain di alam, kamar mandi bersih plus shower air hangat, serta kasur empuk dan kabin ber-AC siap menyambut kita kembali ke pelukan kenyamanan kota. Meskipun suhu di luar sebenarnya lebih dingin dari AC-nya –tidur paling nyaman tetap pakai AC bukan? Jangan kuatir, esok pagi, toh kita bisa mematikan AC dan menikmati semilir kesegaran angin pagi dari hutan nan hijau, sebelum petugas Bobocabin mengantar mac and cheese dan nasi goreng untuk sarapan.
Keseruan belantara, dengan kenyamanan kota. Nikmat apa lagi yang kau dustakan? Boleh jadi, Bobocabin adalah wisata masa depan Republik Indonesia!
Yuk, dicoba sebelum kehabisan!
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.