Sudut cantik untuk berfoto di Bukit Batu
Kalau ibu kota negara kita jadi pindah ke Palangka Raya di Kalimantan Tengah (Kalteng), mungkin objek wisata yang sarat makna sejarah dan sakral ini bakal lebih moncer. Namanya Bukit Batu, yang adalah tempat pertapaan Tjilik Riwut. Tjilik Riwut sendiri adalah nama yang sangat lekat di hati masyarakat Kalteng, putra Dayak yang diangkat sebagai pahlawan nasional dan menjadi Gubernur Kalimantan Tengah pertama (1959-1967). Bukit Batu berada di Kabupaten Katingan, dengan ibu kotanya Kasongan. Dari Kota Palangka Raya hanya butuh waktu 1-1,5 jam berkendara melewati jalan aspal mulus.
Cara ke Palangka Raya silakan baca di sini.
Sesuai namanya di tempat ini ada hamparan dan tumpukan batu besar dan kecil yang membentuk bukit seluas lebih kurang setengah lapangan sepak bola. Batunya dominan warna hitam dan abu-abu, dan di beberapa bagian belang putih dengan bentuk-bentuk menarik.
Suasana di Bukit Batu
Terjadinya Bukit Batu ini sulit dijelaskan dengan logika karena nggak ada gunung berapi di Kalimantan, jadi nggak mungkin batu-batuan ini berasal dari letusan gunung berapi. Di sekitar lokasi juga nggak ada sungai, jadi nggak mungkin juga batu berasal dari sungai yang meluap.
Menurut legenda, batu ini berasal dari kahyangan –anak bidadari dan manusia yang telah dewasa dan dikembalikan lagi oleh ibunya ke bumi. Sumur kecil yang ada di halaman kompleks Bukit Batu (di luar area bukitnya) menjadi awal lahirnya legenda ini. Konon di sumur ini para bidadari mandi, dan akhirnya ada satu orang yang ditaksir dan akhirnya dijadikan istri seorang manusia. Mencuci muka dengan air sumur ini katanya bikin awet muda lho...
Sumur kecil di halaman Bukit Batu
Begitu masuk di bagian depan, niscaya kita sudah excited berfoto di dekat batu bertumpuk dengan warna belang yang ada di sebelah kanan pintu masuk, ataupun batu di dekat tangga masuk (Batu Sial –untuk membuang sial). Padahal itu belum seberapa. Begitu kita melewati pendopo dan balai keramat (tempat Tjilik Riwut meletakkan sesajen), kita akan melihat area utama Bukit Batu ini. Disambut dengan tulisan “Petehku Isen Mulang, Tjilik Riwut” yang terukir di batu besar bernama Batu Penyang. Artinya “Pesanku Pantang Mundur”.
Baca juga: "17 Hidden Paradise in Indonesia (Bagian 3-Tamat)"
Disarankan memakai jasa pemandu untuk berkeliling bukit karena pemandu akan menjelaskan makna atau ciri khas 9 batu yang ada namanya. Kalau sekadar melihat-lihat dan berfoto-foto, kunjungan Anda ke sini jadi nggak bermakna. Pemandunya bisa dibayar serelanya.
Di bagian depan ada Batu Dewa yang kalau kita berhasil menaikinya sampai atas akan tercapai cita-cita kita. Terserah Anda percaya atau nggak.
Yang menarik adalah Batu Teras Pambelum berbentuk piramid kecil yang bermakna “batu untuk menguatkan kehidupan”, yang merupakan pusat dari tempat ini. Siapa pun yang datang ke sini hendak semedi atau punya tujuan khusus, harus ke batu ini dulu, karena ibaratnya ini pintu masuk. Coba hentakkan kaki di sekitar batu ini, maka akan terdengar suara gaung dari bawah, sepertinya di bawah sana berongga.
Batu lain yang tak kalah menarik tentulah Batu Gaib/Pertapaan. Ada ceruk yang pas seukuran punggung, dan di sinilah Tjilik Riwut bertapa. Ada bekas telapak kaki beliau juga. Mau foto bergaya semedi di sini boleh lho.
Bergaya semedi di Batu Gaib, tempat Tjilik Riwut bertapa
Agak masuk lagi, ada ruangan sempit dengan atap rendah di antara bebatuan yang merupakan tempat istirahat Tjilik Riwut usai bertapa --namanya Batu Atap.
Batu Atap
Nah kalau di bagian depan ada tantangan Batu Dewa, di bagian belakang juga ada tantangan Batu Tingkes, atau Batu Ujian. Kalau kita berhasil melewati lorong sempitnya dan terus menyeberang hingga ke sisi luar, maka semua tantangan dalam hidup kita akan bisa dilewati. Sekali lagi, boleh percaya boleh tidak. Bebas aja...
Melewati Batu Tingkes
Tiket masuk: Rp3.000 per orang.
Parkir mobil: Rp5.000.