ZUM BEMBELSCHE: MULIH KA DESA ALA FRANKFURT! 2025-10-12 10:45

Beef Tartar di Zum Bembelsche

 

Kalau Anda sedang transit di Frankfurt, tempat ini bisa jadi alternatif untuk mencicipi kuliner tradisional Hessen, provinsi tempat Frankfurt berada. Hanya 12 menit dari bandara, dari luar Zum Bembelsche terlihat seperti restoran biasa, namun ternyata interiornya berdesain rustic dan dipenuhi barang-barang nostalgia seperti grinder kopi kuno, mebel kuno, bahkan ada mesin jahit merek Singer zaman dulu!

 

Interior Zum Bembelsche

 

Grinder kopi kuno menjadi pajangan di Zum Bembelsche

 

Bembel adalah guci keramik tempat menyimpan produk kebanggaan Frankfurt: apfelwein atau “appewoi” dalam dialek setempat. Bahasa Inggrisnya cider, minuman yang dibuat dari fermentasi buah apel. Rasanya seperti jus apel tapi asam, sedikit bersoda, sehingga segar dan cocok untuk disantap dengan hidangan ala Jerman yang biasanya porsinya besar. Setia dengan namanya, begitu masuk kita disambut dengan guci bembel yang dipajang di mana-mana sebagai dekorasi.

 

Guci Bembel, tempat menyimpan apple wine

 

Jajaran guci Bembel di rak

 

Provinsi Hessen dengan Frankfurt sebagai kota utamanya sudah lama menjadi pusat bisnis dan keuangan, sehingga wilayah ini sejak dulu cukup makmur. Ini terlihat dari menu tradisional Hessen yang cenderung lebih mewah dan internasional. Dalam menu selalu ada burger dan ribs, serta penyajiannya lebih elegan dan memperhatikan tata letak makanan, dibanding wilayah Jerman Selatan misalnya, yang kental budaya pertaniannya: penyajian nomor dua, yang penting kenyang! Kami memesan empat menu: appetizer aneka kondimen, ribs, pork knuckle atau schweinshaxe, dan beef tartar alias daging sapi mentah.

 

Appetizernya hadir dengan sederhana, namun cantik! Roti dan pretzel kecil beserta mentega, disajikan bersama lima jenis kondimen: Handkäse mit Musik, Kochkäse, Spundekäse, Handkäse mit Mediterraner Soße, dan Grüne Soße. Ribet ya namanya? Sabar ya, saya jelasin…

 

Berbagai jenis keju

 

Käse artinya keju, jadi ini sebenarnya ada empat macam keju berbentuk spread yang dioleskan ke roti. Handkäse dan Kochkäse adalah keju asam (sour cheese). Hand artinya dibentuk/diulen dengan tangan, sementara Koch artinya dipanaskan/dimasak. Kochkäse menjadi agak cair seperti melted cheese pada hamburger, sementara Handkäse teksturnya kenyal berbongkah. Handkäse mit Musik adalah khas Frankfurt, keju disajikan dengan bawang bombay, rasanya segar seperti acar. Spundekäse adalah spread cheese yang dibumbui garam, merica, paprika, dan bawang bombay --sedikit membawa rasa pedas. Versi Mediterraner adalah bumbu ala Mediterania yang rasanya mirip dabu-dabu Manado. Grüne Soße atau Saus Hijau adalah kebanggaan Hessen: saus cocolan berbasis krim, rasanya asam segar mirip cocolan Fish and Chips, tapi diberi herba dedaunan yang membawa rasa kompleks nan merekah di mulut. Sedap!

 

Menu berikutnya: Beef Tartar! Entah bagaimana caranya hidangan sapi mentah ala Mongolia ini bisa sampai ke Hessen! Namun, penyajiannya jauh dari budaya barbar: sangat elegan! Sebongkah daging sapi cincang dengan telur mentah, dengan satu sloki liquor apel, disajikan dengan potongan acar timun, paprika, lada, mustard, dan bawang bombay. Semuanya diracik dan diaduk menjadi paduan yang menarik, dimana telur bertindak sebagai perekat, lalu disantap dengan roti gandum. Segar, sedap, dan menarik!

 

Beef Tartar setelah diracik

 

Namun, bintang utama santapan kali ini adalah pork knucklenya! Hadir dengan penampilan menarik, beserta pisau yang tertancap di daging persis di komik Asterix dan Obelix. Disajikan di atas salad kentang dan sauerkraut, paduan yang cocok bak sate kambing Tegal dan teh poci nasgitel! Sauerkraut memberi rasa asam segar mengimbangi rasa lemak pada daging, salad kentang sedikit manis bertekstur lembut cocok menghibur rahang yang pegel mengunyah daging. Dagingnya… amboi! Ini bukan panggangan kecil, tapi sebongkah besar daging lutut bertulang seberat 300-500 gram, matang sempurna dari luar sampai ke dalam. Empuk, tidak ada bagian yang kering --hasil teknik memasak canggih dan kualitas daging yang baik. Kulitnya renyah hasil panggangan oven, sementara urat-urat pada dengkul menjadi tujuan utama, mirip nikmatnya menggerogoti urat pada iga sapi. Jika masih kurang berimbang, bisa ditambahkan cocolan senf atau saus dari lobak pedas (horse radish) yang rasanya mirip wasabi. Sedap!

 

Schweinshaxe atau pork knuckle ala Hessen

 

Memang, Jerman tidak seterkenal Prancis atau Italia kalau urusan kuliner. Padahal, menurut saya, kuliner Jerman adalah “Haiden Gem” yang sebenarnya, karena enak, mengenyangkan, rasanya kaya dan berimbang, serta unik penyajiannya. Hanya saja, haiden gem ini “bersembunyi” di balik resto-resto tradisional seperti Zum Bembelsche ini, yang semuanya berbahasa Jerman jadi mungkin kurang ramah turis. Bagaimana mau ada turis? Tanpa turis saja, resto ini sudah fully booked oleh orang lokal Jerman! Bukankah yang seperti ini yang dicari para foodies? “Ayo dong orang Jerman, perkenalkan kuliner kalian pada dunia!” kata saya bercanda pada orang Jerman yang mengundang saya, yang disambut dengan senyum simpul saja…

 

Yuk, cicipin kuliner Jerman!

 

Zum Bembelsche

Haßlocher Str 52

65479

Raunheim, Germany

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Kang Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia KulinerNasgor, Makanan Sejuta Mamat dan bersama Bondan Winarno (alm) dan Lidia Tanod menulis buku serial 100 Mak Nyus. Kang Harnaz juga aktif di Gerakan Fermenusa, yang bertujuan memajukan produk fermentasi Nusantara. Mengelola channel Youtube "Indonerdsia" dan "Fermentasi Nusantara".

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment