Pemandangan hotel tempat work from Bali
Merencanakan “work from Bali”? Yuk, siapa takut? Saya sudah pernah mencicipi pengalaman ini, selama bulan April-Mei 2021. Jadi, sahih ya, kalau saya share pengalaman kerja di Bali?
Secara umum, Bali memang memiliki kelebihan dibanding tempat lainnya kalau untuk kerja. Pertama: koneksi dengan penerbangan sangat bagus. Jika ada yang urgent, tinggal book dan terbang! Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma! Kedua, koneksi internet melimpah ruah. Ketiga, tentu saja: kesempatan hidup sehat dengan amannya pasokan vitamin D (cahaya matahari), vitamin K (kolam renang) dan vitamin Sea alias pemandangan pantai!
Saya punya lima tips untuk teman-teman yang ingin kerja dari Bali. Berikut tipsnya:
1. Pilihlah tempat tinggal yang cocok. Buat saya, yang bepergian bersama keluarga, justru lebih cocok di hotel daripada di villa. Karena hotel biasanya memiliki ruangan yang banyak, sehingga bisa pilih lokasi yang berbeda setiap harinya. Kemudian, tersedia banyak pilihan fasilitas untuk keluarga yang “ditinggal” kerja. Wifi pun biasanya mak joss, karena hotel memiliki budget yang lebih besar untuk Wifi. Jika ada panggilan meeting, tinggal pilih pojok cantik, pesan capuccino, lalu aktifkan headphone sambil dihibur pemandangan cantik dan semilir angin. Niscaya seburuk apa pun harga saham BBKP hari ini, semuanya terasa lebih indah!
Kopi sedap siap menemani kerja
Suasana school from Bali
2. Ubahlah mindset kamu: kamu di Bali, tapi bukan untuk liburan! Dan jika menetap dalam waktu lama, menjaga pengeluaran adalah penting. Jangan biasakan beli botol air mineral (ingat lingkungan), gunakan botol galon supaya hemat, belilah pompa kecil di Tokped. Lalu, bawalah alat pemanas sederhana, minimal air panas untuk darurat mie instan, atau bahkan rice cooker elektrik kecil untuk kondisi tertentu. Jangan biasakan tiap hari ngopi dan ngafe seperti sedang liburan: ingat, namanya kerja itu cari duit, bukan keluar duit!
Baca juga: “Tips Jalan Darat Jakarta-Bali, Bertemu Monyet dan Ikan Asap”
3. Tetapkan “waktu kerja” kamu. Bali punya kelebihan: jamnya satu jam setelah Jakarta. Jadi, ketika orang Jakarta menyalakan laptop sambil kriyep-kriyep jam 8.30 pagi, kamu sudah selesai ngopi sambil lihat sunrise, ikut kelas yoga, dan sarapan croissant, karena di Bali sudah jam 09.30. Tapi konsekuensinya, ketika orang-orang di Bali sudah siap menyambut sunset jam 17.00, Jakarta masih jam 16.00 sehingga kamu harus bekerja satu jam lagi. Tetapkan jam 09.30-17.00 Bali sebagai “jam kerja”, cari tempat nyaman dan lakukan tugasmu. Jangan tergoda naik motor ke nasi ayam seberang! Kalau kamu memang ingin melihat sunset, meluncurlah ke pantai sekitar jam 3 sore atau sebelum meeting terakhir, lalu cari meja dan lakukan meeting terakhir dari situ. Kalau mau sombong, nyalakan kamera sebelum meeting selesai, dan katakan pada peserta meeting lainnya: “Bapak dan Ibu, mohon maaf ya, background saya ini asli, bukan foto!”
4. Atur jadwal harian kamu. Lagi-lagi, ini kerja, bukan liburan. Kalau tiap hari sunset, niscaya masuk angin menyerang di hari ketiga dan akhirnya kamu malah tumbang! Pilihlah kapan waktu ideal untuk pergi agak jauh, jangan ragu seharian “di hotel saja” kalau kerjaan sedang banyak. Kalau badan terasa lelah, istirahatlah dulu! Manfaatkan wisata spa atau tidur dulu di hotel. Meluncurlah ke Pulau Kelapa Ubud atau Bucu Sanur untuk mencari soto ayam, yang biasanya bisa menaikkan kondisi tubuh. Ingat, angin pantai memang sejuk, tapi kalau kelamaan bisa bahaya!
Baca juga: “Review Pantai-Pantai Bali: Pilih Pantaimu, Kawan!”
5. Be resourceful! Jika kamu lama di Bali, janganlah ke Tanah Lot melulu. Berilah kesempatan untuk yang hanya menginap dua malam untuk ke Pantai Kuta! Coba eksplor Pantai Gunung Payung di Uluwatu, Desa Adat Penglipuran, atau Desa Les di Tejakula. Cicipi salak Bali asli di Sibetan, Karangasem, sambil minum tuak yang baru dideras 15 menit lalu. Karena kesempatan “work from Bali” ini adalah kesempatan berharga, yuk kita gunakan untuk lebih dalam lagi mengenal Bali. Karena makin kita kenal, kita akan makin sayang pada Pulau Dewata yang cantik ini!
Suasana sunset di Tejakula, di depan hotel
Namun, kamu perlu paham bahwa ada satu kekurangan kerja di Bali: banyak sekali gangguannya! Karena saking banyaknya tempat yang indah dan wisata yang menarik, waktu berjalan sangat cepat, tak terasa satu hari kerja berlalu dan kamu malah sibuk mencari cafe idaman di Canggu. Lagipula, sanggupkah kamu menahan godaan untuk bekerja di laptop, sementara mentari di ufuk barat sudah bersiap ke peraduannya, dan mulai mewarnai langit dengan warna-warna lembayung khas di hari itu? Jadi, apakah “work from Bali” adalah ide yang bagus?
Pada suatu malam, sesudah kembali dari Bali, saya terjebak macet di Cibitung, sesudah tiga jam rapat di pabrik, dan menunggu 2 rapat lain secara online. Terpaksa saya rapat online dari mobil, dengan suasana gelap, hawa panas, udara penuh asap solar dari truk-truk yang mengantre, dan perut kelaparan karena tidak ada tempat makan layak di sekitar saya. Dalam keadaan lelah, lapar dan lemes, pelanggan saya di rapat online terus membantai saya dengan berbagai argumen, membuat beban hidup saya rasanya nyaris seberat muatan truk tronton yang baru saja lewat. Tiba-tiba, saya teringat rapat online sambil sunset di Bali. Dan saya mendadak rindu. Kapan ya, ke Bali lagi?
Yuk, work from Bali, the land of milk & madu!
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.