Bisa berenang di Kali Biru
Kali Biru yang ini beda dengan Kalibiru di Kulon Progo Yogyakarta. Yang di Raja Ampat, tepatnya di Teluk Mayalibit, ini bener-bener kali atau sungai kecil yang airnya berwarna biru. Begitu melihat, siapa pun akan takjub dengan birunya. Setelah takjub, lantas ingin nyemplung, berenang di situ.
DESEMBER 2015, NGGAK BOLEH BERENANG
Tahun lalu (Desember 2015), pertama kali saya dan rombongan peserta “MyTrip Just Pack & Go to Raja Ampat” ke sana, pemandu sekaligus pengemudi speedboat yang membawa kami melarang kami berenang. Bahkan saya mau mencelupkan tangan aja nggak boleh. Maklum, tempat ini masih begitu perawan. Sedikit ada kesan angker.
Peserta “MyTrip Just Pack & Go to Raja Ampat” Desember 2015
Bisa jadi kamilah wisatawan dari Jakarta yang pertama kali datang ke situ. Saya googling waktu itu, nggak ditemukan tulisan satu pun tentang Kali Biru di Raja Ampat ini. Barulah kemudian beberapa jurnalis yang diundang ke Festival Raja Ampat Oktober 2016 lalu berkunjung ke sini dan menuliskan artikelnya.
DESEMBER 2016, BOLEH BERENANG!
Beruntung Desember 2016 ini, dengan rombongan peserta “MyTrip Just Pack & Go to Raja Ampat” saya kembali ke Kali Biru yang dalam bahasa setempat disebut Wemalao. Kali ini kami mengajak Pak Nelson, warga asli Teluk Mayalibit, tepatnya Desa Warsambin. Dengan adanya beliau, kami pun dibolehkan berenang. Yeiyyyy!!
Meskipun tanpa persiapan, dalam arti, kostum yang kami pakai nggak cocok untuk berbasah ria –maklum kami ke situ langsung dari Bandara Domine Eduard Osok, setelah terbang selama 4 jam dari Jakarta—saya dan disusul teman-teman lain nggak ragu nyemplung di kolam alami berwarna biru itu. Airnya sejuk banget! Cenderung dingin. Itulah alasan kenapa air di sini berwarna biru, “Karena dinginnya,” jelas Pak Nelson.
Sebagian peserta “MyTrip Just Pack & Go to Raja Ampat” Desember 2016
Dan oh ternyata, sungai yang tampak tenang itu berarus cukup kuat lho! Agak memutar, membuat saya susah sekali untuk berenang maju. Dan area kolam utamanya cukup dalam. Saya nggak tahu persisnya berapa meter, yang jelas saya nggak bisa berdiri menyentuh dasarnya. Mungkin 3 meter lebih. Tapi bagi yang nggak bisa berenang dan lupa nggak menurunkan life vest dari speedboat tenang aja, ada bagian sungai yang dangkal dan tak berarus. Dari bagian itulah kami mulai turun ke sungai ini. Baru kemudian berenang maju ke area utama yang paling biru.
Saya, Keke, dan Pak Nelson
Sebelum nyemplung kami sempat berjalan kaki ke arah hulu sungai, tepatnya ke sumber mata air, berupa bebatuan, di mana air keluar dari dalam tanah di balik batu. Takjub yang kedua. Iya, airnya keluar dari dalam tanah. Dan saya sempat meminum air tersebut. Rasanya segar dan manis! Beberapa peserta malah menampung air ke dalam botol minum.
Sumber mata air
Dari sini air jernih yang pastinya tak berwarna ini mengalir ke bawah, ke bagian yang akhirnya menjadi biru itu. Sempat terpikir oleh beberapa teman, asyik juga kalau ada ban dalam mobil dan melakukan tubing di situ.
BAGAIMANA KE KALI BIRU?
Kali Biru bisa dicapai lewat darat. Kata Pak Nelson, dari Kota Waisai, ibu kota Raja Ampat di Pulau Waigeo, naik mobil atau motor ke Desa Warsambin nggak sampai 1 jam. Nah, dari Warsambin bisa sewa perahu kayu warga lokal untuk menyeberangi teluk ke sisi satunya lagi. Dari muara sungai di situ barulah berjalan kaki.
Desa Warsambin
Kalau kami menempuhnya lewat jalur laut. Dari Pelabuhan Rakyat Sorong kami naik speedboat berkekuatan 120 PK ke pos jaga di Teluk Mayaibit selama 2,5 jam. Bisa lebih cepat sebenarnya kalau saja speedboat kami hanya membawa beban 15 penumpang, nggak berikut 13 koper/ransel. Setelah lapor di pos jaga, kami lanjut lagi dengan speedboat kurang dari 30 menit hingga tiba di muara sungai tempat speedboat sandar. Dari situ kami berjalan kaki menyusuri jalur pasir dan berbatu di tepi sungai, lalu masuk ke hutan dengan jalur tanah lembab dan sedikit becek. Jalurnya datar. Mudah dilalui oleh siapa pun. Cuma +/-20 menit, tibalah kami di Kali Biru yang warna birunya sudah kelihatan mengundang.
Berjalan di sisi sungai
Masuk jalur hutan
ADA FASILITAS APA AJA?
Sementara ini nggak ada fasilitas apa-apa di sekitar kali maupun di muara sungai. Nggak ada toilet, apalagi tempat bilas. Apalagi warung makan. Cuma ada area terbuka yang adalah lokasi kemping. Biasanya wisatawan asing yang melakukan aktivitas bird watching mendirikan tenda di situ.
Di sini nanti akan dibuatkan platform kayu
Menurut penuturan Zakarias Wader, pemandu kami, akan dibuatkan semacam platform kayu seperti di Piaynemo, tempat wisatawan bisa berfoto-foto di sisi Kali Biru. Juga akan dibuatkan toilet umum.
Kita tunggu aja ya.... Raja Ampat memang terlihat banyak berbenah. Banyak saya temui hal-hal baru. Apa aja? Tunggu tulisan saya berikutnya ya...