
Pemandangan Danau Neusiedler, salah satu danau stepa terbesar di Eropa
Burgenland adalah negara bagian Austria yang termuda, "baru" masuk sejak 1921 setelah sebelumnya menjadi bagian Kerajaan Hungaria. Meskipun kecil, Burgenland memiliki keunggulan wisata: di sini terdapat Danau Neusiedler, salah satu danau stepa terbesar di Eropa. Danau ini adalah padang rumput (stepa) yang dipenuhi air, tanpa ada sungai yang masuk atau keluar dari sini. Danau ini tidak dalam --hanya 1-2 meter saja dalamnya-- tetapi sangat luas, totalnya mencapai 320 km2 dan dibagi oleh dua negara: Austria dan Hungaria.
Pantai Danau Neusiedler
Danau yang luas ini menjadi favorit wisata warga setempat dan juga burung bangau! Ya, burung bangau yang kalau musim dingin bermigrasi sampai ke Afrika, di musim semi akan singgah di Rust, sebuah desa di tepi Danau Neusiedler, kemudian bersarang dan bertelur di cerobong asap rumah-rumah desa Rust. Begitu masuk ke desa, kita akan melihat di cerobong asap banyak sekali sarang bangau dan keluarga bangau yang besar-besar ukurannya, persis yang diceritakan komik-komik Eropa yang biasanya digambarkan membawa bayi. Indah! Sesekali burung bangau ini mengadukan paruhnya atau bersuara memanggil satu sama lain, dan tiba-tiba terbang rendah untuk mencari makan bagi anak-anaknya. Luar biasa, ukurannya yang besar membuat kita kagum ketika mereka terbang melintas! Kalau mau memiliki sudut pandang lebih bagus kita bisa bayar EUR2 dan naik ke menara gereja Rust. Dari ketinggian menara gereja, kita bisa menikmati pemandangan luar biasa: Desa Rust dengan puluhan sarang bangau, serta Danau Neusiedler yang nampak seperti lautan di sebelah Barat. Menarik!
Bangau di Desa Rust
Sarang bangau di cerobong asap Desa Rust
Pemandangan Desa Rust dari menara gereja
Setelah puas menikmati Rust, ada tujuan lain yang tak kalah menarik: Podersdorf, sebuah desa yang terletak di pantai tepi danau dan menjadi lokasi favorit untuk water sport. Untuk menuju ke sana kita perlu naik kapal ferry ringan yang akan membawa melintasi Danau Neusiedler. Rupanya, wilayah ini adalah lokasi favorit untuk bersepeda, dengan rute mencapai 125 km dan melintasi Hungaria dan Austria. Kapal ferry ini dipenuhi sepeda di lantai bawahnya, dan di lantai atasnya ada bangku-bangku di mana penumpang bisa menikmati semilir angin danau, hangatnya sinar matahari, dan pemandangan indah di sekitarnya.
Lantai atas kapal ferry
Karena merupakan danau stepa, air di sini tenang sekali. Tidak ada ombak maupun angin, hanya ada suara lembut motor listrik kapal ferry. Di kanan-kiri banyak warga melakukan water sport: dari stand-up paddle sampai layar selancar, bahkan anak remaja bisa berenang-renang bebas karena danau tidak dalam dan tidak berombak. Perjalanan ke Podersdorf ditempuh dalam waktu kira-kira 1 jam dari Rust, dengan opsi bisa memesan minuman dan snack dari kapal yang bersih dan rapi. Setelah puas menikmati danau, kami pun tiba di sisi seberang dan mencapai tujuan kami: Podersdorf!
Kapal ferry dan mercusuar di Podersdorf
Podersdorf sering disebut "wisata pantai"-nya orang Wina, ibu kota Austria. Ke sinilah warga kota melepaskan penatnya di akhir pekan! Setelah membayar tiket, kami bebas menikmati fasilitas yang ada: tempat bermain anak yang unik dan beragam, ada permainan dengan bola kayu yang kreatif, dan tentu saja sebuah restoran dengan berbagai permainan air yang kreatif. Sejauh mata memandang anak-anak sibuk bermain dengan air, kayu, atau ayunan --tanpa gadget! Dan pantai Danau Neusiedler juga menyediakan tempat main air yang aman --tanpa ombak, tidak terlalu dalam, dan air tawar. Menyenangkan!
Aneka permainan di Podersdorf
Tentu saja, seharian main air perlu ditutup dengan santap malam yang lezat. Di Desa Rust ada beberapa heurige --sebuah warung makan tradisional-- yang menyediakan makanan hasil olahan sendiri dan harganya lebih murah karena bebas pajak. Di Indonesia, namanya warteg! Kami bersantap malam di Haberhauer, sebuah warteg yang juga menyediakan wine atau anggur. Iklim Danau Neusiedler juga berperan dalam salah satu produk unggulan daerah ini: wine manis. Wine manis dibuat dari anggur yang dipanen terlambat, sehingga sudah terlalu matang dan manis rasanya. Ini dimungkinkan terjadi di tepi Danau Neusiedler karena kelembabannya melindungi buah anggur dari suhu beku. Haberhauer adalah salah satu produsen anggur manis yang terkenal ini.
Suasana di Haberhauer
Wine yang dicicip di Haberhauer
Wine manis Haberhauer khas Burgenland
Santap malam di Haberhauer sederhana, namun menarik. Dalam bahasa Austria namanya jause --santapan dingin dari roti dan berbagai sosis. Ada saure wurst atau irisan sosis yang dihidangkan dengan acar bawang, cuka, dan bubuhan minyak biji labu. Rasa asam dari cuka dan gurih dari minyak biji labu membuat hidangan ini terasa segar, mirip rujak ala Indonesia. Ada juga hidangan bernama kuemmelbraten --irisan daging babi bagian perut yang dikeringkan dan dibumbui dengan jintan dan irisan kren atau wasabi yang pedas semriwing. Disantap dengan roti, sedap nian! Kemudian, ada juga salzstangerl yakni roti mirip pretzel yang ditaburi garam batu, lalu disantap dengan irisan keju segar yang gurih dan sedap. Kami bersantap sambil bercengkerama sampai malam, di bawah sarang bangau di mana satu keluarga bangau dengan dua anak nampak juga bercengkerama dengan akrabnya. Satu hari musim panas Austria di Rust pun berakhir dengan perut kenyang dan hati senang!
Saure wurst dan hidangan sosis untuk anak-anak
Kuemmelbraten khas Austria
Bersantap di bawah sarang bangau
Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Kang Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, Nasgor, Makanan Sejuta Mamat dan bersama Bondan Winarno (alm) dan Lidia Tanod menulis buku serial 100 Mak Nyus. Kang Harnaz juga aktif di Gerakan Fermenusa, yang bertujuan memajukan produk fermentasi Nusantara. Mengelola channel Youtube "Indonerdsia" dan "Fermentasi Nusantara".