Gunung Tidore melatari benteng
Benteng Tahula yang berdiri gagah di tengah Desa Soasio di Pulau Tidore Provinsi Maluku Utara menjadi destinasi wajib kunjung wisatawan yang datang ke pulau kaya rempah-rempah ini. Bukan hanya karena banyak spot keren untuk berfoto, tapi banyak fakta menarik yang melatarinya. Apa saja?
Benteng ini dibangun untuk melindungi pasukan Spanyol yang baru saja mengusir Portugis dan menduduki wilayah Ternate dan Tidore. Idenya datang dari Gubernur Spanyol pertama di Maluku, Juan de Esquivel, pada tahun 1607, satu tahun setelah Spanyol menduduki Ternate dan Tidore. Tapi karena kekurangan tenaga kerja, benteng baru berhasil dibangun tahun 1610 pada masa Gubernur Spanyol selanjutnya, Cristobal de Azcqueta Menchacha.
Baca juga: "6-7 Jam di Tidore, Bisa ke Mana Saja?"
Tapi benteng masih belum bisa diselesaikan juga, baru selesai tahun 1615 saat masa Gubernur Spanyol yang baru menjabat, Don Jeronimo de Silva. Olehnya benteng ini diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore atau Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore. Nggak ditemukan penjelasan kenapa benteng ini akhirnya disebut Tohula yang artinya Kota Hula.
Benteng ini digunakan sebagai pertahanan militer Spanyol hingga tahun 1662. Posisinya memang sangat strategis, dibangun di atas bebatuan karang di tempat yang tinggi sehingga dari atas sini bisa mengamati wilayah daratan dan perairan Tidore.
Dari atas benteng bisa melihat ke arah lautan
Tahun 1707 Spanyol hengkang dari Pulau Tidore karena datangnya Belanda. Belanda pun memerintahkan agar benteng tak bertuan tersebut diruntuhkan. Untungnya Sultan Hamzah Fahroedin, Sultan Tidore yang saat itu berkuasa, mengajukan agar benteng itu dijadikan tempat tinggal Kesultanan Tidore di bawah pengawasan Belanda. Jadilah kita bisa menikmatinya hingga sekarang.
Baca juga: "Tak Ada Perahu Melayang, Tapi Pantai Sulamadaha Memang Memukau"
Berada di Jalan Sultan Syaifuddin di Desa Soasio, dekat Kedaton Tidore, komplek benteng yang berstatus cagar budaya ini tak memiliki area parkir. Jadi pengunjung bisa memarkir kendaraannya di tepi jalan. Lalu untuk mencapai lokasi benteng kita mesti menaiki tangga yang cukup tinggi, sebanyak 100-an lebih anak tangga. Ada beberapa anak tangga yang terlalu berjarak sehingga perlu kehati-hatian terutama saat turunnya. Tapi aman kok, kondisi tangganya rapi dan ada pegangannya.
Kira-kira kalau kita jalan normal saja, pelan, sekitar 5 menitan lah sudah sampai di tulisan besar-besar “Benteng Tahula” yang berwarna merah, kuning, biru. Ada jalan setapak di depannya, memungkinkan kita berpose, tapi cukup sempit, harus hati-hati. Di bagian belakangnya terlihat tembok benteng tinggi menjulang.
Kita bisa berjalan memutar hingga menemukan taman yang merupakan halaman benteng. Ada semacam kolam besar atau lebih tepat seperti ruang bawah tanah di tengah halaman ini, ada juga semacam makam, tapi nggak ada data soal ini. Disediakan gazebo untuk duduk-duduk sambil menikmati pemandangan ke arah laut serta ke arah jalan raya dan permukiman Desa Soasio. Sementara di sisi sebaliknya kita bisa melihat Kie Matubu atau Gunung Tidore seolah menyembul dari balik benteng.
Berjalan menuju taman
Pemandangan ke arah laut dan Desa Soasio
Ada semacam kolam, dan Gunung Tidore menyembul di belakang
Kalau mau naik ke bagian atas benteng, ada tangga besi permanen di sisi kanan benteng (sisi kanan tulisan “Benteng Tahula”). Tangganya cukup curam, tapi aman, ada pegangan. Tapi di atas sebenernya nggak ada apa-apa, cuma bisa melihat pemandangan lebih luas saja, dan bisa berfoto-foto di dinding luar benteng dengan pemandangan ke arah bawah/taman.
Tangga besi curam ke atas benteng
Berfoto di atas benteng
Tanga kayu juga disediakan di bagian lain dinding benteng yang bisa terlihat dari taman, buat yang ingin naik. Tapi entahlah apakah tangga kayu ini selalu ada di situ atau nggak.
Tangga kayu untuk ke atas benteng di sisi lainnya
Taman cantik dan gazebo di halaman benteng ini tentu saja sudah merupakan tambahan untuk tujuan wisata, bukan aslinya. Aslinya, ada 2 bastion walaupun sudah nggak utuh tapi masih bisa diidentifikasi, satu berbentuk segitiga, satu lagi berbentuk lingkaran.
Taman cantik dan gazebo
Kalau yang penasaran, lalu bagian dalam bentengnya mana? Di salah satu sisi benteng terlihat lorong atau jalan masuk yang diberi pintu jeruji besi. Sayang dikunci, dan tampaknya dikunci permanen. Kita hanya bisa melongok dan tentu nggak kelihatan apa-apa.
CARA KE SINI:
Pulau Tidore tidak punya bandara komersil. Jadi harus terbang dulu ke Pulau Ternate, tetangganya. Penerbangan langsung Jakarta-Ternate (Bandara Sultan Babullah) ditempuh 4 jam. Dari bandara berkendara ke Pelabuhan Bastiong dulu, masih di Ternate. Jangan salah pelabuhan ya, karena Ternate punya beberapa pelabuhan. Dari situ kita bisa naik speedboat umum ke Pelabuhan Rum di Tidore, hanya 10 menit. Tarifnya pun sangat bersahabat, hanya Rp10.000 per orang sekali jalan. Jam operasionalnya 24 jam, nggak ada jadwal tertentu, pokoknya speeboat berkapasitas 16 penumpang itu berangkat asal sudah penuh. Dari Pelabuhan Rum berkendara ke Benteng Tahula sekitar 30-35 menit, sepanjang 22 km. Rutenya harus memutari pulau, karena posisi benteng hampir berseberangan dengan pelabuhan. Kalau nggak sewa kendaraan, naik ojek atau angkot dari Pelabuhan Rum juga bisa, karena benteng ini letaknya di pinggir jalan raya.